Untuk Lion

Jadi ceritanya lagi kepepet banget butuh dana buat event sekolah, dan udah capek cari uang dari jualan hahaha. Akhirnya inisiatif bikin cerpen selama dua jam (rekor untukku huhu) buat dikirim ke koran Kedaulatan Rakyat, dan alhamdulillah dimuat :') Di samping lumayan dapat uang (meskipun hanya 50.000), ternyata Bunda bangga banget, sampai cerpenku dipotong dari KRnya, terus disimpen hahaha. Nah, selamat membaca teman-teman!


Untuk Lion
Aku termenung di depan kelas. Sendiri. Ya, teman-temanku telah pulang. Angin sepoi bertiup pelan menerpa rambut panjangku.
Kembali terlintas di pikiranku sesosok lelaki yang baru saja lewat di depanku. Ia melewatiku tanpa menoleh sedikitpun. Hahaha. Itu hal yang wajar. Kami tidak saling mengenal dekat. Namun demikian, aku tahu segala hal tentangnya. Namanya Lion. Ia adalah kakak kelasku. Lelaki pendiam itu sangat mengagumkan. Entah dari segi mana aku mengaguminya. Dari segi tubuh mungilnya kah, atau malah nama anehnya. Entahlah, yang jelas aku mengaguminya, sungguh.
***
Aku telah sampai di sebuah toko perlengkapan komputer. Besok adalah hari ulang tahun Lion. Aku tahu ia menyukai segalanya tentang teknologi. Setelah beberapa saat memilih hadiah yang cocok, akhirnya aku memutuskan untuk membeli sebuah flashdisk berwarna biru dan bermotif burung pinguin. Aku tersenyum kecil.
“Lucu sekali pinguinnya, seperti Mas Lion, hihihi,” gumamku.
Setelah selesai membayar, aku mampir ke sebuah toko aksesoris untuk membeli kertas kado dan kertas untuk membuat kartu ucapan.
Untuk: Mas Lion.
Selamat ulang tahun Mas, semoga panjang umur, sehat selalu, dan semakin jago dalam bidang teknologi ya, hehehe. Semoga hadiah ini bermanfaat.
Dari: Alissa, anak kelas X.
Kuserahkan kartu ucapan, keras kado, dan flashdisk yang telah kupilih tadi kepada penjaga toko. Toko ini menjual jasa pembungkusan kado. Aku tersenyum lebar, puas dengan apa yang telah kupersiapkan untuk Lion esok hari.
***
Selamat pagi duniaaa! Hatiku bersorak.  Aku telah sampai di sekolah lebih pagi dari biasanya. Aku menunggu di depan kelas, biasanya Lion lewat sini pagi-pagi. Benar saja, lima menit kemudian Lion menampakkan batang hidungnya. Jantungku bergegup kencang. Tubuhku kaku ketika.
“Mm…Mas L…Lion!” aku memanggilnya dengan terbata-bata. Lidahku kelu.
Lion menoleh. Ia tak berkata sepatah pun. Matanya seperti ketakutan. Memang, ia lelaki pemalu.
“Mm…Mas, selam..mat uul..ang tt..tah..un,” kataku sambil menyodorkan kado yang telah kupersiapkan kemarin. Kini nafasku tersengal. Kata-kataku sungguh kacau.
Lion tak menjawab. Ia tampak aneh. Mukanya memerah. Ia seperti salah tingkah.
Aku menunduk, mukaku kacau. Lion masih saja tak menjawab. Ia malah berlari kencang meninggalkanku. Sepertinya ia takut, gugup, atau apalah.
Aku menarik kembali tanganku yang sejak tadi terulur. Aku terduduk lemas. Tanganku menggenggam erat kado spesial untuk Lion yang batal tersampaikan. Ini menyedihkan, sungguh. Aku begitu kalut, kacau. Aku tak kuasa menahan air mata. Aku terlarut dalam kesedihan yang mendalam.
Bel masuk kelas telah berbunyi. Kuusap air mataku. Kurasa sudah cukup aku menangisi kebodohanku ini. Aku tak kecewa. Boleh saja Lion tak menjawab ucapanku, namun setidaknya aku sudah berusaha mengucapkannya dari hati. Aku memasuki kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasanya.
Semuanya telah usai. Aku tak kecewa. Aku tak menyesal pernah melakukan kebodohan ini. Aku tak menyesal telah mengagumi Mas Lion. Biarlah Mas Lion tak peduli. Biarlah Mas Lion tak mengenalku, bahkan tak mengetahui namaku. Biarlah kami tetap begini. Biarlah jarak antara kami tetap ada. Biarlah hanya aku saja yang tahu tentang perasaan ini. Biarlah kusimpan perasaan ini dalam-dalam. Biarlah…
*****************

CONVERSATION

7 komentar:

  1. Wanjir. Aku banget ki. SIAAAAL *nangis sek*

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Yahh buat lanjutannya dong kak :(( Seruu nih ceritanya :D

    BalasHapus

Back
to top